Example floating
Example floating
Example 728x250
BeritaDaerahDPR RIPemerintahan

Menembus Lemowalia, Motor “Berenang” di Lumpur

10
×

Menembus Lemowalia, Motor “Berenang” di Lumpur

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

 

MOROWALI UTARA – pojokkulon.com

Example 300x600

Delapan dekade setelah Indonesia merdeka, kemerdekaan tampaknya belum benar-benar dirasakan oleh warga di pelosok seperti Desa Karawasa, Lemowalia, dan Salubiro, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara (Morut).

Sampai hari ini, akses jalan utama yang menghubungkan ketiga desa itu masih dalam kondisi sangat memprihatinkan. Saat hujan turun, jalan berubah menjadi lautan lumpur. Sepeda motor yang menjadi satu-satunya alat transportasi warga pun tak mampu menembus jalur tersebut tanpa bantuan. Tak jarang, motor harus ditarik hingga oleh empat orang sekaligus.

“Beginilah perjuangan kami setiap hari. Jalan ini sudah seperti rawa lumpur. Kalau tidak ramai-ramai bantu, motor bisa tenggelam. Ini bukan jalan, tapi kubangan,” ungkap salah seorang warga.(3/8)

Buruknya akses jalan bukan sekadar hambatan aktivitas, tapi juga beban ekonomi. Untuk mengangkut satu lembar seng ke desa, warga harus merogoh kocek Rp50.000 hanya untuk ongkos. Biaya distribusi bahan pokok pun melonjak, menggerus daya beli masyarakat.

Tak hanya itu, pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan ikut terdampak. Anak-anak sekolah berjalan kaki melewati lumpur demi mengejar ilmu. Ibu hamil dan lansia harus mempertaruhkan keselamatan jika butuh pertolongan medis mendesak.

“Kami hanya ingin jalan yang layak. Tidak muluk-muluk. Kami ingin merasakan arti kemerdekaan yang sesungguhnya,” kata warga lainnya.

Ketika di kota-kota besar masyarakat merayakan kemerdekaan dengan gegap gempita, di Lemowalia dan desa tetangganya, warga masih harus berjuang menembus medan yang tak layak disebut jalan. Padahal, jalan adalah urat nadi pembangunan, penghubung ekonomi, dan syarat utama pelayanan dasar bisa menjangkau rakyat.

“Kami tidak minta mewah. Tapi kami ingin anak-anak kami bisa sekolah tanpa harus terpeleset lumpur. Kami ingin berobat tanpa harus ditandu berjam-jam. Kami ingin harga bahan pokok wajar,” ujar tokoh masyarakat setempat.

Menjelang peringatan 80 tahun Indonesia merdeka, harapan warga Karawasa, Lemowalia, dan Salubiro hanya satu: tindakan nyata dari pemerintah. Mereka tidak butuh janji manis, tapi alat berat yang bekerja, material jalan yang diturunkan, dan solusi konkret yang terasa.

“Jangan biarkan kami terus terjebak dalam lumpur. 80 tahun merdeka, sudah saatnya kami ikut merdeka juga,” tegas warga.yudha

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *